Experiential Learning

 Beard & Wilson (2013: 17) mengutip beberapa pernyataan filosof dan ilmuwan yang menggambarkan pentingnya pengalaman dalam proses pembelajaran. Pernyataan pertama dari John Dewey “There is an intimate and necessary relation between the process of actual experience and education”. Ada hubungan yang erat dan penting antara proses pengalaman nyata dan pendidikan. Pernyataan kedua dari Benjamin Franklin ”Tell me and I forget, Teach me and I remember, Involve me and I will learn”. Beritahu  saya dan saya lupa, ajari saya dan saya ingat, libatkan saya dan saya belajar. Pernyataan ketiga dari Albert Einstein “The only source of knowledge is experience”. Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman. Kalimat-kalimat para filosof dan ilmuwan sebagaimana dikutip oleh Beard & Wilson di atas menunjukkan bahwa pengalaman sangat penting untuk membangun pengetahuan seseorang. Seseorang akan dapat memiliki pengetahuan yang mendalam apabila ia pernah mengalaminya. Pembelajaran sebagai upaya untuk menciptakan situasi dan lingkungan siswa agar dapat belajar dengan baik, perlu mengedepankan aspek pengalaman agar proses belajar dapat berhasil efektif.

Experiential learning dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivisme yang merupakan gagasan dari Mark Baldwin dan Jean Piaget. Aliran konstruktivisme (Hergenhahn & Olson, 2008:314) berangkat dari filsafat epistimologi Giambatista Vico. Seseorang dikatakan mengetahui sesuatu apabila ia dapat menjelaskan unsur-unsur yang membangun sesuatu tersebut. Pengetahuan tidak terlepas dari orang atau subjek yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari orang yang mengamati. Menurut aliran konstruktivisme belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Piaget  sebagai salah satu tokoh konstruktivisme berteori bahwa setiap anak telah memiliki struktur kognitif yang dinamakan skema. Skema terbentuk karena adanya pengalaman. Proses penyempuraan skema dilakukan dengan cara asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan jenis penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik. Akomodasi merupakan proses memodifikasi struktur kognitif.  Pandangan Piaget tentang proses pembentukan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap model experiential learning. Experiential learning menganggap pengetahuan akan bermakna apabila ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

Selanjutnya gagasan experiential learning dikembangkan oleh David A. Kolb pada tahun 1984. Menurut Kolb, (1984:41; Beard & Wilson, 2013: 25) “experiential learning is the process whereby knowledge is created through the transformation of experience. Knowledge results from the combination of grasping and transforming experience”. Definisi tersebut menggambarkan bahwa experiential learning merupakan proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Dengan demikian pengetahuan seseorang dihasilkan dari kombinasi transformasi dan penguasaan pengalaman.

Pendapat senada dikemukakan oleh Siberman (2007:8) yang memberikan definisi experiential learning sebagai: “(a) the involvement of learners in concrete activities that enable them to "experience" what they are learning about, and (b) the opportunity to reflection those activities”. Pendapat di atas menunjukkan bahwa experiential learning mengandung makna sebagai keterlibatan siswa pada kegiatan nyata yang membuat mereka mengalami apa yang mereka pelajari, dan kesempatan untuk merefleksikan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Siberman (2007:8) menegaskan bahwa: “experiential learning can be based on both real work/life experiences and structured experiences that simulate or approximate real work/life. Experiential activity can be used for learning that is cognitive, skills,and affective”. Experiential learning dapat dilakukan dalam bentuk pekerjaan nyata/pengalaman hidup, atau dapat pula dalam bentuk pengalaman terstruktur yang sesuai dengan kehidupan/pekerjaan yang sesungguhnya. Sedangkan Association for Experiential Education (Pritchard: 2010) memberikan definisi experiential learning sebagai proses dimana siswa mengkonstruk pengetahuan, keterampilan dan nilai dari pengalaman langsung.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa experiential learning merupakan sebuah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pengalaman nyata agar dapat mengkonstruk pengetahuan, keterampilan, dan sikap.  Experiential learning merupakan proses pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui keterlibatan siswa dalam aktivitas atau pengalaman nyata. Pengalaman yang diberikan kepada siswa dapat berupa pengalaman hidup/pekerjaan yang sesungguhnya, atau dapat pula berupa simulasi proses yang sesuai dengan pekerjaan sesungguhnya. Experiential learning sering disebut juga sebagai belajar melalui tindakan, belajar sambil bekerja, belajar melalui pengalaman, dan belajar melalui eksplorasi.

No comments:

Post a Comment

Classroom Management

Classroom Management by: Sutirman A.    Guru Sebagai Pemimpin Guru adalah pemimpin dalam kelas. Kemampuan seorang guru dalam meng...