Pengorganisasian Kelas
by Sutirman
by Sutirman
Keberhasilan mengelola kelas oleh guru sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menggunakan social power untuk
mengorganisasikan siswa. Mauer seperti dikutip oleh Borich memaparkan empat
tahap mengorganisasikan kelas yaitu forming, storming, norming, dan
performing (2000:342). Pertama, tahap forming adalah tahap dimana
guru berusaha mendorong tumbuhnya tanggung jawab dan sikap menerima diantara
sesama siswa. Pertanyaan penting untuk diungkapkan pada tahap ini adalah:
- adakah kegiatan untuk seluruh siswa agar mereka saling mengenal satu sama lain?;
- apakah semua siswa memiliki kesempatan untuk didengar?;
- apakah para siswa berinteraksi dengan teman yang bervariasi?;
- apakah siswa dan guru saling mendengar satu sama lain?;
- apakah masalah atau kekhawatiran mengenai harapan akademik dan perilaku telah diantisipasi?
Pada awal masuk kelas, siswa biasanya menunjukkan
perilaku tertentu untuk mengetahui reaksi yang diberikan oleh guru atau teman
barunya. Putnam and Burke seperti dikutip oleh Borich memandang penting guru
untuk fokus selama beberapa minggu pertama untuk membantu siswa agar percaya
satu sama lain dan merasa sebagai bagian dari kelas (2000:342). Pada tahap
inilah pentingnya kemampuan guru dalam mengorganisasi dan mengendalikan
perilaku siswa mulai dirasakan. Maka jiwa kepemimpinan guru harus mulai
ditunjukkan.
Kedua, tahap storming adalah tahap dimana guru
harus berusaha mengendalikan “badai” atau konflik yang mungkin muncul di kelas.
Tahap ini digambarkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:
- apakah konflik yang muncul dibicarakan secara terbuka?;
- apakah kelas dapat menilai keberfungsiannya?;
- apakah gagasan-gagasan baru dan berbeda didengar dan dievaluasi?;
- apakah kemampuan semua siswa digunakan?;
- apakah semua siswa mempunyai kesempatan untuk berbagi tanggung jawab dan kepemimpinan?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan
panduan yang harus diperhatikan oleh guru untuk membangun kelas yang
terkendali. Guru harus melibatkan siswa untuk bersama-sama mengatasi atau
memecahkan masalah yang timbul di kelas. Putnam dan Burke memberi saran agar
guru mengajari siswanya bagaimana cara memecahkan masalah dengan menggunakan
panduan berikut:
1.
Problem agreement
Guru meminta seluruh siswa untuk menyepakati suatu
masalah dan mereka bersama-sama akan memecahkan masalah tersebut.
2.
State the conflict
Guru memberi pernyataan singkat tentang apa yang
dimaksud konflik dan memastikan semua siswa memiliki kesempatan untuk
menyampaikan pandangannya.
3.
Identify and select responses
Guru dan siswa melakukan diskusi dan mengidentifikasi
solusi untuk masalah di atas. Mereka mengkaji konsekuensi jangka pendek dan
jangka panjang dari solusi tersebut. Alternatif solusi yang memiliki
konsekuensi negatif disisihkan.
4.
Create a solution
Dilakukan diskusi kelas dan memilih satu solusi yang
disepakati bersama bahwa solusi tersebut dapat menyelesaikan konflik.
5.
Design and implement a plan
Dilakukan diskusi kelas untuk menentukan langkah detil
mengenai kapan, dimana, dan bagaimana menyelesaikan konflik tersebut.
Langkah-langkah tersebut selanjutnya dilaksanakan.
6.
Assess the success of the plan
Para siswa mengidentifikasi informasi yang menjadi
faktor-faktor penentu keberhasilan rencana. Guru mengevaluasi bagaimana kelas
bekerja. Setelah masalah dapat diselesaikan, selanjutnya kelas mendiskusikan
nilai-nilai dari proses pemecahan masalah yang telah dilakukan (Borich,
2000:344).
Ketiga, tahap norming adalah tahap dimana para
siswa saling berbagi harapan mengenai bagaimana mereka harus berfikir, merasa,
dan bertindak. Menurut Zimbardo, “norms” atau dapat dapat disebut dengan norma
merupakan pedoman prinsip bagi perilaku kelompok (Borich, 2000:345). Norma memiliki
peran penting dalam mengelola perilaku siswa di kelas. Menurut psikologi sosial
norma memiliki beberapa fungsi, yaitu:
- Mengarahkan anggota kelompok atau siswa untuk memilih interaksi sosial yang tepat dan mengatur interaksi tersebut.
- Membuat identitas dan kesatuan kelompok.
- Mendorong tercapainya prestasi akademik dan hubungan yang baik diantara siswa di kelas.
Terdapat lima pertanyaan penting yang perlu dijawab
untuk menggambarkan tahap norming, yaitu:
1) apakah ada proses untuk menyelesaikan
konflik?;
2) apakah kelompok mampu menyusun tujuan?;
3) apakah para siswa dapat mengekpresikan apa
yang mereka harapkan?;
4) apakah antara guru dan para siswa saling
menghargai?;
5) apa yang terjadi pada siswa yang tidak
menghargai norma?
Kelima pertanyaan di atas merupakan panduan untuk
mengembangkan tahap norming dalam rangka membangun kelas yang kondusif.
Norma-norma yang dibuat dan disepakati oleh kelas merupakan pedoman yang harus
dihargai dan ditaati oleh seluruh siswa. Apabila semua siswa memiliki sikap dan
penghargaan yang baik terhadap norma kelas, maka proses pembelajaran di kelas
akan berjalan dengan efektif. Efektivitas pembelajaran dapat terlihat dari
tumbuhnya keberanian dan kemandirian siswa dalam belajar.
Keempat, tahap performing adalah tahap dimana
siswa merasa nyaman satu sama lain, mengetahui aturan dan peran mereka,
menerima norma kelompok, dan mereka terbiasa dengan rutinitas kelas. Sampai
pada tahap ini siswa memiliki keberanian untuk menunjukkan bahwa ia dapat
melakukan sesuatu tanpa harus tergantung kepada guru. Seorang guru hendaknya
mendorong kebebasan siswa pada tahap ini dengan mengurangi pengawasan dan lebih
mengajarkan kelompok untuk menyusun prioritas, alokasi waktu, dan aturan
kelompok (Borich, 2000:346).
Keberhasilan tahap performing dapat dipantau
melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut:
- apakah kelas dapat mengevaluasi efektivitas mereka?
- apakah kelas dan individu siswa dapat memecahkan masalah mereka?
- apakah kelas mempunyai kesempatan untuk bekerja secara bebas dan mengekspresikan diri sesuai pilihan mereka sendiri?
- apakah para siswa dapat mengevaluasi diri mereka sendiri dan menentukan tujuan untuk pengembangan pribadi?
- apakah kelas dipersiapkan untuk dibubarkan?
Efektivitas
kelas pada tahap performing dapat dilihat dari kemampuan kelas dan siswa
secara individu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, kebebasan dan
keberanian siswa dalam mengekpresikan diri mereka merupakan ukuran penting
dalam tahap ini. Situasi kelas yang telah sampai pada tahap performing
harus tetap dipertahankan agar perose pembelajaran selanjutnya dapat berjalan
dengan efektif.
No comments:
Post a Comment