Classroom Management Part 3#


Pengorganisasian Kelas
by Sutirman



Keberhasilan mengelola kelas oleh guru sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menggunakan social power untuk mengorganisasikan siswa. Mauer seperti dikutip oleh Borich memaparkan empat tahap mengorganisasikan kelas yaitu forming, storming, norming, dan performing (2000:342). Pertama, tahap forming adalah tahap dimana guru berusaha mendorong tumbuhnya tanggung jawab dan sikap menerima diantara sesama siswa. Pertanyaan penting untuk diungkapkan pada tahap ini adalah:

  1. adakah kegiatan untuk seluruh siswa agar mereka saling mengenal satu sama lain?;
  2. apakah semua siswa memiliki kesempatan untuk didengar?;
  3. apakah para siswa berinteraksi dengan teman yang bervariasi?;
  4. apakah siswa dan guru saling mendengar satu sama lain?;
  5. apakah masalah atau kekhawatiran mengenai harapan akademik dan perilaku telah diantisipasi?

Pada awal masuk kelas, siswa biasanya menunjukkan perilaku tertentu untuk mengetahui reaksi yang diberikan oleh guru atau teman barunya. Putnam and Burke seperti dikutip oleh Borich memandang penting guru untuk fokus selama beberapa minggu pertama untuk membantu siswa agar percaya satu sama lain dan merasa sebagai bagian dari kelas (2000:342). Pada tahap inilah pentingnya kemampuan guru dalam mengorganisasi dan mengendalikan perilaku siswa mulai dirasakan. Maka jiwa kepemimpinan guru harus mulai ditunjukkan.
Kedua, tahap storming adalah tahap dimana guru harus berusaha mengendalikan “badai” atau konflik yang mungkin muncul di kelas. Tahap ini digambarkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:

  1. apakah konflik yang muncul dibicarakan secara terbuka?;
  2. apakah kelas dapat menilai keberfungsiannya?;
  3. apakah gagasan-gagasan baru dan berbeda didengar dan dievaluasi?;
  4. apakah kemampuan semua siswa digunakan?;
  5. apakah semua siswa mempunyai kesempatan untuk berbagi tanggung jawab dan kepemimpinan?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan panduan yang harus diperhatikan oleh guru untuk membangun kelas yang terkendali.  Guru harus melibatkan siswa untuk bersama-sama mengatasi atau memecahkan masalah yang timbul di kelas. Putnam dan Burke memberi saran agar guru mengajari siswanya bagaimana cara memecahkan masalah dengan menggunakan panduan berikut:
1.        Problem agreement
Guru meminta seluruh siswa untuk menyepakati suatu masalah dan mereka bersama-sama akan memecahkan masalah tersebut.
2.        State the conflict
Guru memberi pernyataan singkat tentang apa yang dimaksud konflik dan memastikan semua siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan pandangannya.
3.        Identify and select responses
Guru dan siswa melakukan diskusi dan mengidentifikasi solusi untuk masalah di atas. Mereka mengkaji konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari solusi tersebut. Alternatif solusi yang memiliki konsekuensi negatif disisihkan.
4.        Create a solution
Dilakukan diskusi kelas dan memilih satu solusi yang disepakati bersama bahwa solusi tersebut dapat menyelesaikan konflik.
5.        Design and implement a plan
Dilakukan diskusi kelas untuk menentukan langkah detil mengenai kapan, dimana, dan bagaimana menyelesaikan konflik tersebut. Langkah-langkah tersebut selanjutnya dilaksanakan.
6.        Assess the success of the plan
Para siswa mengidentifikasi informasi yang menjadi faktor-faktor penentu keberhasilan rencana. Guru mengevaluasi bagaimana kelas bekerja. Setelah masalah dapat diselesaikan, selanjutnya kelas mendiskusikan nilai-nilai dari proses pemecahan masalah yang telah dilakukan (Borich, 2000:344).
Ketiga, tahap norming adalah tahap dimana para siswa saling berbagi harapan mengenai bagaimana mereka harus berfikir, merasa, dan bertindak. Menurut Zimbardo, “norms” atau dapat dapat disebut dengan norma merupakan pedoman prinsip bagi perilaku kelompok (Borich, 2000:345). Norma memiliki peran penting dalam mengelola perilaku siswa di kelas. Menurut psikologi sosial norma memiliki beberapa fungsi, yaitu:
  1. Mengarahkan anggota kelompok atau siswa untuk memilih interaksi sosial yang tepat dan mengatur interaksi tersebut.
  2. Membuat identitas dan kesatuan kelompok.
  3. Mendorong tercapainya prestasi akademik dan hubungan yang baik diantara siswa di kelas.
Terdapat lima pertanyaan penting yang perlu dijawab untuk menggambarkan tahap norming, yaitu:
1)  apakah ada proses untuk menyelesaikan konflik?;
2)  apakah kelompok mampu menyusun tujuan?;
3)  apakah para siswa dapat mengekpresikan apa yang mereka harapkan?;
4)  apakah antara guru dan para siswa saling menghargai?;
5)  apa yang terjadi pada siswa yang tidak menghargai norma?

Kelima pertanyaan di atas merupakan panduan untuk mengembangkan tahap norming dalam rangka membangun kelas yang kondusif. Norma-norma yang dibuat dan disepakati oleh kelas merupakan pedoman yang harus dihargai dan ditaati oleh seluruh siswa. Apabila semua siswa memiliki sikap dan penghargaan yang baik terhadap norma kelas, maka proses pembelajaran di kelas akan berjalan dengan efektif. Efektivitas pembelajaran dapat terlihat dari tumbuhnya keberanian dan kemandirian siswa dalam belajar.
Keempat, tahap performing adalah tahap dimana siswa merasa nyaman satu sama lain, mengetahui aturan dan peran mereka, menerima norma kelompok, dan mereka terbiasa dengan rutinitas kelas. Sampai pada tahap ini siswa memiliki keberanian untuk menunjukkan bahwa ia dapat melakukan sesuatu tanpa harus tergantung kepada guru. Seorang guru hendaknya mendorong kebebasan siswa pada tahap ini dengan mengurangi pengawasan dan lebih mengajarkan kelompok untuk menyusun prioritas, alokasi waktu, dan aturan kelompok (Borich, 2000:346).
Keberhasilan tahap performing dapat dipantau melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut:

  1. apakah kelas dapat mengevaluasi efektivitas mereka?
  2. apakah kelas dan individu siswa dapat memecahkan masalah mereka?
  3. apakah kelas mempunyai kesempatan untuk bekerja secara bebas dan mengekspresikan diri sesuai pilihan mereka sendiri?
  4. apakah para siswa dapat mengevaluasi diri mereka sendiri dan menentukan tujuan untuk pengembangan pribadi?
  5. apakah kelas dipersiapkan untuk dibubarkan?

 Efektivitas kelas pada tahap performing dapat dilihat dari kemampuan kelas dan siswa secara individu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, kebebasan dan keberanian siswa dalam mengekpresikan diri mereka merupakan ukuran penting dalam tahap ini. Situasi kelas yang telah sampai pada tahap performing harus tetap dipertahankan agar perose pembelajaran selanjutnya dapat berjalan dengan efektif.

No comments:

Post a Comment

Classroom Management

Classroom Management by: Sutirman A.    Guru Sebagai Pemimpin Guru adalah pemimpin dalam kelas. Kemampuan seorang guru dalam meng...