Menciptakan Iklim Kelas yang Efektif
by Sutirman
by Sutirman
Iklim kelas
adalah suasana yang terjadi dalam interaksi antara guru dan siswa. Iklim kelas
yang terjadi dapat dilihat dari sejauh mana guru memberi kesempatan berlatih,
menunjukkan dorongan dan perhatian, membangun kerjasama atau persaingan, serta
memberikan kebebasan berpendapat dan memilih. Ada dua aspek yang terkait dengan
iklim kelas yang efektif, yaitu social environment dan organizational
environment (Borich, 2000:346).
1. Lingkungan
Sosial
Lingkungan
sosial kelas dapat berubah dari authoritarian dimana guru menjadi sumber
utama informasi, gagasan, dan pembelajaran, menuju iklim demokratis, sampai laissezfaire,
dimana siswa menjadi sumber utama informasi, gagasan, dan pembelajaran. Menurut
Borich ada tiga jenis iklim kelas, yaitu kompetitif, kooperatif, dan
individualistik (2000:348).
Iklim
kompetitif terjadi jika siswa diberi tugas untuk menyelesaikan tugas atau kuis
dengan standar tertentu yang ditentukan oleh guru. Guru berperan sebagai juri
untuk menilai jawaban atau kinerja siswa. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan biasanya dalam bentuk drill and practice.
Iklim
kooperatif berupa suasana dimana siswa terlibat dalam kegiatan dialog atau
diskusi dengan diawasi oleh guru. Guru secara sistematis dapat terlibat dalam
diskusi untuk menciptakan suasana yang kondusif dan terarah. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dapat berupa diskusi kelompok dengan
menerapka model cooperative learning.
Iklim
individualistik adalah iklim dimana siswa mengerjakan tugas sendiri-sendiri
dalam pengawasan guru. Siswa fokus mengerjakan tugas tersebut dengan memberikan
jawaban yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan pendapatnya. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan biasanya dalam bentuk bekerja sendiri dengan tempat
duduk yang terpisah dari yang lain.
2. Lingkungan
Organisasional
Lingkungan
organisasional merupakan lingkungan kelas secara fisik. Lingkungan kelas
terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal kelas
berupa fasilitas dan aksesoris ruangan yang ada di luar ruangan kelas yang
biasanya disediakan oleh pihak sekolah. Lingkungan internal kelas berupa
fasilitas dan berbagai kelengkapan lain yang ada di dalam ruangan kelas.
Biasanya selain yang disediakan oleh pihak sekolah, juga terdapat berbagai
hiasan atau fitur-fitur yang dibuat oleh siswa kelas tersebut. Lingkungan internal
kelas sebaiknya dimodifikasi secara dinamis agar menciptakan suasana segar
dalam kelas. Dalam hal ini peran wali kelas sangat diperlukan untuk mengelola
lingkungan kelas, agar kelas terasa nyaman untuk belajar.
Upaya yang
perlu dilakukan untuk menciptaka iklim kelas yang kondusif adalah dengan
menciptakan hubungan interpersonal yang positif di kelas, meningkatkan motivasi
belajar siswa, dan mengurangi perilaku disruptive. Masing-masing upaya
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Menciptakan
hubungan interpersonal yang positif di kelas
Hubungan
interpersonal yang positif di kelas terdiri dari hubungan positif antara guru
dan siswa dan hubungan positif teman sekelas. Hubungan interpersonal yang
positif antara guru dengan siswa merupakan faktor penting dalam menciptakan
suasana pembelajaran di kelas yang kondusif. Menurut Thomas Gordon, hubungan
antara guru dengan siswa akan baik manakala: 1) adanya keterbukaan; 2) adanya
sikap saling menghargai; 3) adanya saling kertergantungan; 4) tidak ada pemisah
diantara mereka; dan 5) saling membutuhkan pertemuan (Jones & Jones,
2001:83). Guru harus menunjukkan bahwa dia mempunyai perhatian atau perduli
kepada siswa. Guru dapat menunjukkan keperdulian kepada siswa dengan cara: a)
berusaha mengetahui pribadi siswa; b) menjaga kualitas hubungan dengan siswa
melalui pernyataan-pertanyaan positif; c) menyediakan kesempatan untuk
berdiskusi dengan siswa; d) menunjukkan minat kita dalam kegiatan yang penting
bagi mereka (2001:89).
Hubungan
positif antara teman sekelas juga merupakan faktor yang sangat penting untuk
mendukung terciptanya iklim kelas yang baik. Hubungan positif antara teman
sekelas dapat dibangun melalui kegiatan bersama atau kegiatan kelompok.
Pembelajaran kooperatif menjadi alternatif untuk menciptakan hubungan yang
positif antar siswa di kelas. Jones & Jones mengemukakan bahwa berdasarkan
penelitian yang dilakukan, cooperative learning sangat efektif membantu
siswa dalam mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok (2001:125).
Keterampilan bekerja dalam kelompok sangat dibutuhkan oleh siswa SMK untuk
terjun di dunia kerja.
2. Meningkatkan
motivasi belajar siswa
Motivasi
merupakan faktor yang sangat penting bagi siswa untuk sukses dalam belajar.
Menurut Jones & Jones, motivasi merupakan fungsi dari harapan X nilai X
suasana (2001:187). Salah satu cara untuk membangun motivasi belajar siswa
adalah dengan menerapkan model motivasi John Keller yang disebut dengan ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction).
Attentionmaksudnya bahwa guru harus dapat membangkitkan atau mencuri perhatian siswa
sehingga mereka tergugah dan fokus untuk mengikuti pelajaran. Untuk menggugah
perhatian siswa, pada awal pembelajaran guru harus menyajikan performance
yang menarik. Performance yang dimaksud dapat berupa penampilan pribadi
guru, penggunaan media yang unik, atau dengan pernyataan atau cerita yang
menggugah siswa.
Relevance artinya guru harus mampu mengkaitkan materi yang diajarkan dengan
kebutuhan siswa pada saat sekarang maupun di masa yang akan datang. Guru harus
meyakinkan bahwa materi pelajaran sangat penting bagi siswa terutama untuk
modal memasuki dunia kerja. Jika siswa tidak menguasai materi yang dipelajari
maka siswa akan mengalami kegagalan dalam bekerja.
Confidence berarti kepercayaan, maksudnya bahwa guru harus meyakinkan, dapat
dipercaya, dan mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Untuk membangun rasa
percaya diri siswa guru hendaknya memberikan umpan balik yang positif atas
prestasi atau kinerja mereka. Sekecil apapun partisipasi siswa, sejelek apapun
jawaban siswa atas pertanyaan yang diberikan, guru harus menghargai dan
memberikan apresiasi. Apresiasi dan penghargaan guru kepada siswa sangat
berarti untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
Satisfaction atau kepuasan maksudnya adalah bahwa motivasi siswa akan tumbuh dengan
baik jika siswa memiliki kepuasan dalam mengikuti pembelajaran. Guru harus
dapat membantu siswa agar memperoleh kepuasan dalam belajar. Salah satu caranya
adalah memberikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka. Guru harus
memahami kebutuhan siswa dan mengajari mereka sampai mereka menguasai dengan
baik. Keberhasilan siswa menguasai materi atau keterampilan yang mereka
butuhkan merupakan kepuasan bagi mereka. Dengan kepuasan tersebut siswa akan
merasa perlu untuk terus berlatih sampai mereka menguasai kompetensi dengan
baik.
3. Mengurangi
perilaku disruptive
Perilaku disruptive
adalah perilaku siswa yang membuat suasana kelas menjadi kacau atau tidak
kondusif. Perilaku tersebut akan mengganggu berlangsungnya proses pembelajaran.
Pembelajaran di kelas yang sering disertai dengan perilaku disruptve akan
sulit mencapai tujuan secara efektif. Oleh karena itu, harus diusahakan agar
perilaku disruptive di kelas dapat dieliminasi. Cara yang dapat ditempuh
untuk mengurangi perilaku disruptive adalah:
1)
Menetapkan standar perilaku atau aturan kelas
Untuk
menetapkan standar perilaku atau aturan kelas hendaknya dilakukan dengan
langkah-langkah: a) mendiskusikan kriteria aturan atau standar perilaku; b)
membuat daftar standar perilaku yang diyakini penting; c) membuat komitmen; d)
memantau dan mereview aturan kelas.
2)
Menetapkan prosedur kelas
Yang dimaksud
dengan prosedur kelas adalah tahapan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
dan siswa di kelas. Borich (2000:257) mengelompokkan empat jenis prosedur
kegiatan yang dilakukan guru yang efektif di sekolah menengah, yaitu: 1)
beginning the class; 2) whole-class activities; 3) procedures related to
academic accountabilty; 4) other activities (the end of the class period,
interruption in the class).
Pada awal
pembelajaran atau memulai kelas terdapat beberapa prosedur yang perlu diatur
antara lain: mengecek kehadiran siswa (presensi), siswa yang terlambat,
orientasi materi (apersepsi), dan membagi materi. Selama kegiatan pembelajaran
juga perlu diperhatikan prosedur dalam hal: hubungan guru-siswa; gerakan siswa
di kelas; tanda-tanda untuk perhatian siswa; mengumpulkan tugas; pertanyaan
siswa saat mengerjakan tugas; kegiatan yang dilakukan setelah selesai
mengerjakan tugas. Pada akhir pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal seperti:
menata kembali peralatan dan perlengkapan belajar; mengatur bahan untuk
pertemuan berikutnya; dan membubarkan kelas.
Pada intinya,
untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan
pembelajaran diperlukan kreativitas dan kesadaran guru untuk mengelolanya.
Tentu saja bukan hanya guru sebagai individu, tetapi guru dalam arti
kelembagaan yaitu sekolah. Sekolah bertanggung jawab untuk menata lingkungan
sekolah sedangkan guru atau wali kelas bertanggung jawab mengelola kelas
masing-masing.
Khusus
dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru mata pelajaran harus berperan dalam
menciptakan hubungan interpersonal yang positif di kelas. Hubungan
interpersonal yang positif yang harus dikembangkan di kelas mencakup hubungan
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. Selain itu, guru juga
harus mampu membangun motivasi siswa agar siswa memiliki kesadaran dan
kemandirian dalam belajar. Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya motivasi belajar mereka. Tinggi rendahnya motivasi belajar
siswa salah satunya tergantung pada kemampuan guru memotivasi siswa. Yang
terakhir, guru juga harus dapat mengendalikan perilaku siswa di kelas. Jangan
sampai proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif dikarenakan banyaknya
perilaku disruptive yang dilakukan oleh siswa. Muncul atau tidanya
perilaku disruptive sangat tergantung kepada kemampuan guru dalam
mengelola kelas secara efektif.
No comments:
Post a Comment